Antara/Ahmad Fikri) Jakarta (ANTARA) - PT Kimia Farma Apotek (KFA), sebagai anak usaha PT Kimia Farma Tbk.memastikan ketersediaan obat dan suplemen di gerai apotek Kimia Farma di seluruh Indonesia sehingga tidak akan mengalami kenaikan harga di tengah permintaan obat dan suplemen yang ikut melonjak akibat meningkatnya kasus positif COVID-19.
Proses pengadaan barang untuk kebutuhan Apotek dapat dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut a. Perencanaan Tujuan perencanaan adalah agar proses pengadaan perbekalan farmasi/obat yang ada di apotek menjadi lebih efektif dan efisien dan sesuai dengan anggaran yang obat dikatakan baik apabila pembelian memenuhi beberapa ketentuan antara lain jumlah obat sesuai dengan kebutuhan, pembelian mampu melayani jenis obat yang diperlukan pasien dan jumlah pembelian menunjukkan keseimbangan dengan penjualan secara proporsional. Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004, dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu diperhatikan pola penyakit, kemampuan masyarakat, dan budaya masyarakat. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menyusun perencanan pengadaan perbekalan farmasi adalah
PTKimia Farma Apotek (KFA), sebagai anak usaha PT Kimia Farma Tbk.memastikan ketersediaan obat dan suplemen di gerai apotek Kimia Farma di seluruh Indonesia sehingga tidak akan mengalami kenaikan harga di tengah permintaan obat dan suplemen yang ikut melonjak akibat meningkatnya kasus positif COVID-19.
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN PKL APOTEK KIMIA FARMA KEBAYORAN LAMA NO. 55 JAKARTA BARAT Disusun Oleh Sundari 13006 Wiki Widowati 13007 AKADEMI FARMASI BHUMI HUSADA JAKARTA 2016 LEMBAR PERSETUJUAN Laporan Praktik Kerja Lapangan PKL Di Apotek Kimia Farma Kebayoran Lama Disusun oleh Sundari NIM 13006 Wiki Widowati NIM13007 Disetujui oleh Pembimbing 1 Pembimbing 2 Wahyu Dwi Purnomo, Apt Dra. Kusbandimah Mengetahui, Direktur Akademi Farmasi Bhumi Husada Apt., DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran 1 Copy Resep, Etiket, dan Kantong Plastik Obat 2. Lampiran 2 Alur Pelayanan Pasien 3. Lampiran 3 Alur Penerimaan Barang 3 4. Lampiran 4 Kartu Suhu Ruangan Kulkas 5. Lampiran 5 Obat- obat di Apotek Kimia Farma Kebayoran Lama No. 55 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan PKL di Apotek Kimia 4 Farma No. 55, yang telah dilaksanakan sejak tanggal senin 18 – 29 Januari 2016. Laporan ini kami susun untuk memberikan informasi mengenai kegiatan Praktik Kerja Lapangan PKL yang kami lakukan di Apotek Kimia Farma Kebayoran Lama. Kegiatan yang kami lakukan mengenai pelayanan kefarmasian sehingga kami mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan di laporan ini dapat menambah wawasan pengetahuan tentang pelayanan kefarmasian dan dapat menumbuhkan rasa semangat untuk terjun ke dunia kerja bidang farmasi. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada pihak- pihak yang telah membantu kami dalam melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan PKL di Apotek, rasa terimakasih yang sebesarbesarnya kami ucapkan kepada 1. Dra. Chusun, Apt., selaku Direktur di Akademi Farmasi Bhumi Husada. 2. Dra. Kusbandimah, selaku Ketua Program Studi sekaligus pembimbing 2 yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada kami di Akademi Bhumi Husada. 3. Wahyu Dwi Purnomo, Apt, selaku pembimbing I di Apotek Kimia Farma Kebayoran Lama yang telah memberikan pengetahuan mengenai pelayanan kefarmasian di Apotek dan membingbing selama melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan PKL. 5 4. Dan kepada pihak- pihak lain yang turut membantu kami dalam melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan PKL yang telah memberikan dukungan, semangat, informasi dan pengetahuan. Kami menyadari banyak kekurangan dalam penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan PKL. Oleh karena itu, kami membutuhkan kritik serta saran yang membangun supaya laporan ini dapat diperbaiki dengan sebaik-baiknya di masa yang akan datang. Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga laporan ini dapat diterima dengan baik dan bermanfaat bagi bidang farmasi dalam pelayanan kefarmasian di Apotek. Jakarta, Febuari 2016 Penulis DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................i DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................ii KATA PENGANTAR.....................................................................................iii A. Latar Belakang..................................................................................1 6 B. Tujuan.................................................................................................2 C. Manfaat Praktik Kerja Lapangan PKL.............................................3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................4 A. Apotek................................................................................................4 B. Pelayanan Kefarmasian.....................................................................5 C. Sumber Daya Kefarmasian................................................................6 D. Narkotika............................................................................................7 BAB III PT. KIMIA FARMA Persero Tbk.....................................................9 A. Sejarah PT. Kimia Farma Persero Tbk............................................9 B. Tujuan dan Fungsi PT. Kimia Farma Persero Tbk........................10 C. Bentuk Perusahaan PT. Kimia Farma Persero Tbk.......................11 BAB IV APOTEK KIMIA FARMA KEBAYORAN LAMA A. Sejarah Apotek................................................................................14 B. Struktur Organisasi Apotek.............................................................16 C. Pengelolaan Apotek........................................................................16 BAB V KEGIATAN DAN PEMBAHASAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN PKL..........................................................................................................18 A. Pengelolaan Manejerial Farmasi...................................................18 B. Pelayanan Farmasi Klinik.................................................................23 C. Monitoring dan Evaluasi Pelayanan Kefarmasian...........................26 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................28 A. Kesimpulan.......................................................................................28 B. Saran................................................................................................28 LAMPIRAN.................................................................................................30 7 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian pada Bab 1 ketentuan umum pasal 1 menyebutkan bahwa Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, informasi obat, tradisional [ 1 ] pelayanan obat atas resep dokter, serta pengembangan obat, pelayanan bahan obat dan obat . Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien[ 4]. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker.[ 13 ] Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada Bab 1 ketentuan umum pasal 1 menyebutkan bahwa Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. [ 1 ] Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala dana, bentuk tenaga, 1 perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.[ 2 ] Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab. Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan medication error dalam proses pelayanan dan mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi masalah terkait Obat drug related problems, masalah farmakoekonomi, dan farmasi sosial socio-pharmacoeconomy. Tersedianya tenaga kesehatan merupakan salah satu penunjang yang dibutuhkan dalam terlaksananya upaya kesehatan yang optimal. Untuk terbentuknya tenaga kesehatan yang profesional maka Akademi Farmasi Bhumi Husada Jakarta bekerjasama dengan Apotek untuk menyelenggarakan Praktik Kerja Lapangan PKL agar mahasiswa mendapat pengalaman langsung bagaimana cara pelayanan kefarmasian di Apotek. B. Tujuan 1 Tujuan umum 2 Mampu mengetahui dan mempraktikan kegiatan pelayanan kefarmasian yang berkualitas dan edukasi dalam kesehatan di Apotek. 2 Tujuan khusus a Pengelolaan Obat manajerial , meliputi - Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, mencakup perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan b - pelaporan. Pengarsipan Resep Sumber Daya Kesehatan Pelayanan Farmasi Klinik, meliputi Penerimaan Resep Dokter sampai dengan Penyerahan Obat Pelayanan Informasi Obat PIO dan Konsultasi dengan c Apoteker Standar Prosedur Operasional SPO/SOP Monitoring dan Evaluasi pelayanan kefarmasian A. Manfaat Praktik Kerja Lapangan PKL 1 Bagi Penulis Sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan berupa teori yang didapat di Akademi yang digunakan di dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan PKL, serta untuk menambah wawasan tentang pelayanan kefarmasian di Apotek. 2 Bagi Institusi Sebagai referensi pustaka berupa bahan informasi dan acuan untuk Laporan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan PKL yang lebih baik di masa akan datang. 3 Bagi Apotek kimia farma Kebayoran Lama 3 Dengan adanya mahasiswa yang melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapangan PKL diharapkan dapat memberikan masukan dalam meningkatkan kualitas yang lebih baik dalam kefarmasian di Apotek kimia farma Kebayoran Lama. 4 pelayanan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Apotek Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek pada pasal 1 menyebutkan, bahwa 1 Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker.[ 1 ] 2 Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.[ 2 ] 3 Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun elektronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.[ 4 ] 4 Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.[ 5 ] 5 Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologiatau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.[ 6 ] 6 Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan 6 dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. [ 7 ] 7 Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan sekali pakai single use yang daftar produknya diatur dalam peraturan perundang-undangan. [ 8 ] Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada pasal 6 menyebutkan bahwa, Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Apotek harus menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau. B Pelayanan Kefarmasian Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian pada Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 menyebutkan, bahwa 1 Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.[ 4 ] 2 Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengedalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. [ 1 ] 7 3 Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis KefarmasianTTK.[ 3 ] 4 Standar Prosedur Operasional SPO adalah prosedur tertulis berupa petunjuk operasional tentang Pekerjaan Kefarmasiaan. [16 ] Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek pada pasal 1 menyebutkan, bahwa 1 Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.[ 9 ] 2 Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/ Asisten Apoteker.[ 10 ] 3 Direktur Jenderal adalah Direktur Jendral pada Kementerian Kesehatan yang bertanggung jawab di bidang kefarmasian dan alat kesehatan.[ 11 ] C Sumber Daya Kefarmasian Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek pada pasal 4 menyebutkan, bahwa 1 Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek harus didukung oleh ketersediaan sumber daya kefarmasian yang berorientasi kepada keselamatan pasien. [ 1 ] 2 Sumber daya kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi a Sumber daya manusia; dan 8 b Sarana dan prasarana Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian pada Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 menyebutkan, bahwa 1 Fasilitas Kesehatan adalah sarana yang digunakan untuk menyelenggrakan pelayanan kesehatan.[ 7 ] 2 Fasilitas Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian.[ 8 ] 3 Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah srana yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, yaitu apotek, instalasi farmasi sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktik bersama.[ 11 ] 4 Pedagang Besar Farmasi PBF adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.[ 12 ] D Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika pada Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 menyebutkan bahwa, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan menimbulkan ketergantungan. [ 1 ] 9 rasa nyeri, dan dapat Pada pasal 7 menyebutkan bahwa, Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/ atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada pasal 6 Narkotika dobedakan menjadi 3 tiga golongan, yaitu 1 Narkotika Golongan 1, dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan. Narkotika golongan I, adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. 2 Narkotika golongan II, adalah Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. 3 Narkotika golongan III, adalah Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. 10 11 BAB III PT. KIMIA FARMA Persero Tbk. A Sejarah PT. Kimia Farma Persero Tbk. Sejarah Kimia Farma KF dimulai sekitar tahun 1957, pada saat pengambil alihan perusahaan milik Belanda yang bergerak di bidang farmasi oleh Pemerintah Republik Indonesia. Perusahan–perusahaan yang mengalami nasionalisasi antara lain N. V. Pharmaceutische Hendel Svereneging J. Van Gorkom & Co., Jakarta, N. V. Chemicalier Handle Rathcamp & Co., Jakarta, N. V. Bandoengsche Kinine Fabriek, Bandung, N. V. Jodium Onderneming Watoedakon Mojokerto dan N. V. Verband Stoffe Fabriek Surakarta. Berdasarkan Undang–Undang No. 86 tahun 1956, pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan farmasi Belanda tersebut dan menurut Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1968 statusnya diubah menjadi Perusahaan Negara Farmasi PNF. Perusahaan Negara Farmasi tersebut adalah PNF Radja Farma Jakarta, PNF Nurani Farma Jakarta, PNF Nakula Farma Jakarta, PNF Bio Farma, Perusahaan Negara PN Bhineka Kina Farma Bandung, PN Sari Husada Yogyakarta dan PN Farmasi dan alat kesehatan Kasa Husada Surabaya. Pada tanggal 23 januari 1969, berdasarkan PP No. 3 Tahun 1969 perusahaan – perusahaan negara tersebut digabung menjadi PNF Bhineka Kimia Farma dengan tujuan 12 penertiban dan penyederhanaan perusahaan–perusahaan negara. Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971, perusahaan Negara Farmasi Kimia Farma mengalami peralihan bentuk hukum menjadi Badan Usaha Milik Negara dengan status sebagai Perseroan Terbatas, sehingga selanjutnya menjadi PT. Kimia Farma Persero. Pada tahun 1998, terjadi krisis ekonomi di ASEAN yang mengakibatkan APBN mengalami defist anggaran dan hutang negara semakin besar. Untuk mengurangi beban hutang, pemerintah mengeluarkan kebijakan privatisasi Surat Menteri Negara Penanaman Modal Dan Pembinaan BUMN tanggal 7 maret 2000, PT. Kimia Farma diprivatisasi. Untuk dapat mengelola perusahaan lebih terarah dan berkembang dengan cepat, maka direksi PT. Kimia Farma Persero mendirikan dua anak perusahaan pada tanggal 4 januari 2002 yaitu PT. Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia Farma Trading dan Distibution. Pada tanggal 4 Juli tahun 2002 PT. Kimia Farma Tbk. resmi terdaftar di Bursa Efek Jakarta BEJ dan Bursa Efek Surabaya BES sebagai perusahaan publik dan berubah namanya menjadi PT. Kimia Farma Persero, Tbk. B Tujuan dan Fungsi PT. Kimia Farma Persero Tbk. Tujuan PT. Kimia Farma Persero Tbk. adalah turut serta dalam melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya kegiatan usaha dibidang industri kimia, farmasi, 13 biologi, dan kesehatan serta industri makanan dan minuman. Selain itu juga bertujuan untuk mewujudkan PT. Kimia Farma persero Tbk, sebagai salah satu pemimpin pasar market leader di bidang farmasi yang tangguh. PT. Kimia Farma Persero Tbk, mempunyai 3 fungsi, yaitu - Mendukung setiap kebijaksanaan pemerintah di bidang pengadaan obat, mengingat PT. Kimia Farma Persero Tbk. merupakan salah satu badan usaha milik negara dalam bidang industri farmasi. - Memupuk laba demi kelangsungan usaha. - Sebagai ”agent perkembangan of development” yaitu menjadi pelopor kefarmasian di Indonesia. C Bentuk perusahaan PT. Kimia Farma Persero Tbk. PT. Kimia farma perseroTbk, mempunyai Logo matahari terbit yang memiliki makna sebagai berikut 14 - Simbol matahari , menunujukan makna Paradigma baru Optimistis Komitmen Sumber energy Semangat abadi Sifat abadi Sifat huruf Kokoh Dinamis Bersahabat Farma Persero Tbk pada anak perusahan Farma Apotek, mempunyai visi dan misi untuk memajukan perusahaanya, yaitu sebagai berikut Visi Menjadi perusahaan pelayanan kesehatan utama di Indonesia dan berdaya sebagai global. - Misi Menyediakan produk dan jasa layanan kesehatan yang unggul untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan meningkatkan mutu - kehidupan. Mengembangkan bisnis pelayanan kesehatan untuk menigkatkan nilai bagi perusahaan bagi pemegang saham, karyawan dan pihak lain yang berkepentingan dan meninggalkan prinsip- prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Persero Tbk, merupakan bentuk perusahaan dengan jenis Badan Usaha Milik Negara BUMN /publik, yang memiliki symbol saham IDXKAEF dengan industri/ jasafarmasi yang didirikan pada tahun 1971 yang merupakan pemilik pemerintahn 15 Indonesia dengan selingan “Pengabdian Sepenuhnya Untuk Kesehatan Bangsa”. BAB IV APOTEK KIMIA FARMA KEBAYORAN LAMA A. Sejarah Apotek Apotek Kimia Farma Kebayoran Lama merupakan cabang dari perusahaan PT. Kimia Farma Apotek KFA yang merupakan anak perusahaan perseroan yang didirikan berdasarkan akta pendirian tanggal 4 januari 2003. Sejak tahun menyediakan layanan 16 kesehatan yang terintegrasi meliputi layanan farmasi apotek, klinik kesehatan, laboratorium klinik dan optik, dengan konsep One Srop Health Care Solution OSHcS sehingga semakin memudahkan masyarakat mendapatkan layanan kesehatan pemegang saham PT Kimia Farma PerseroTbk yaitu dan Yayasan Kesejahtraan Keluarga Kimia Farma YKKKF Apotek Kimia Farma Kebayoran Lama terletak di Jl. Kebayoran Lama Jakarta Barat, yang memiliki lokasi strategis dan mudah dijangkau karena terletak ditepi jalan raya yang dilalui kendaraan dua arah, dilalui kendaraan umum, berdekatan dengan pemukiman penduduk, bank, klinik praktek dokter, laboratorium, pusat perbelanjaan, sekolah, dan lain-lain yang memudahkan konsumen untuk ke Apotek tersebut. Bangunan Apotek Kimia Farma Kebayoran Lama terbagi menjadi tiga bagian , yaitu - Bagian luar, yang terdapat area parkir, papan Apotek Kimia Farma, - neon box dan spanduk jadwal dokter. Bagian swalayan, yang terdapat obat yang dapat diambil dan pilih oleh konsumen, seperti obat bebas dan obat bebas terbatas serta terdapat alat kesehatan, bahan medis habis pakai seperti kapas, pembalut, kasa, dan lain-lain, selain itu juga terdapat makanan dan - minuman Bagian dalam, yang terdapat obat narkotik dan psikotropik, obat keras, infus, dan wajib apotek. 17 Apotek Kimia Farma Kebayoran Lama mempunyai pelayanan kefarmasian yang melayani resep dokter secara tunai dan kredit, resep dokter melalui BPJS, penjualan obat wajib Apotik, obat bebas dan obat bebas terbatas . adapun shift kerja yang ada terbagi men jadi tiga shift, yaitu - Shift pertama Shift kedua Shift ketiga pukul WIB pukul WIB pukul WIB Selain itu Apotek Kimia Farma Kebayoran Lama mempunyai Standart Operasional Prosedur SOP.Yang ada prinsipnya kerjakan apa yang di catat dan cata tapa yang dikerjakan. Dan memberikan pelayanan yang sopan, cepat, dan meningkatkan mutu pelayanan. 18 ramah kepada pasien dalam B. StrukturOrganisasiApotek C. PengelolaanApotek Manajemen Farma Apotek terdiri dari beberapa unit bisnis manajer BM. Masing- masing BM mengelola pengelolaan pengadaan, pelayanan, dan administrasi keuangan dari apotek- apotek pelayanan yang berada dalam wilayah nya. Salah satu keuntungan dari sistem pengelolaan tersebut yaitu adanya kesatuan manajemen dalam mengelola persediaan barang, baik penyimpanan maupun pembelian kepada distributor, sehingga meningkatkan efesiensi, efektivitas, serta produktivitas kerjanya. Dan kerugian dari system adalah meningkatnya lead time dalam pengadaan barang. Hal ini terjadi karena pemesanan dari apotek- apotek pelayanan kepada distributor dilakukan secara kolektif dalam suatu waktu melalui BM. Barang kebutuhan apotek yang tersedian digudang BM akan langsung 19 di droping oleh BM kepada Apotek yang membutuhkanya. Barang kebutuhan apotek yang tidak tersedia di apotek yang tidak tersedia digudang BM akan dipesan kepada distributor untuk selanjutnya dikirimkan kepada Apotek yang bersangkutan beserta dengan fakturnya dikirimkan kepada apotek yang bersangkutan beserta dengan fakturnya agar dapat mengecek barang yang diterima sesuai dengan yang dipesan. Dan untuk pemesanan obat narkotika dilakukan langsung apotek- apotek pelayanan dengan mengirimkan surat pemesanan SP dari Apotek sendiri kepada PBF Visi Menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di indonesia. Misi - Jaringan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi jaringan Apotek, Klinik, Laboratorium klinik, dan layanan kesehatan lainnya. - Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk prinsipal. - Pengembangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya. Apotek Kimia Farma Kebayoran Lama No. 55 juga mempunyai gretting dalam menyapa konsumen yang berkunjung ke Apotek, seperti 20 Ketika pasien datang, mengucapkan ’Selamat datang di Apotek Kimia Farma, ada yang bisa dibantu ?’’ Ketika pasien pergi, mengucapkan Terima kasih, semoga sehat selalu’’ BAB V KEGIATAN DAN PEMBAHASAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN PKL A. Pengelolaan Manejerial Farmasi 1. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai Pengelolaan Sediaan Farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dalam pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma Kebayoran Lama terdiri dari - Perencanaan, dilakukan dengan metode konsumsi yang berdasarkan pada data stok yang ada. Adanya stock minimum yang tersedia biasanya maksimal 1 satu minggu sekali. Stok minimum ini dilihat untuk mengetahui jumlah obat tersebut sudah dikit dan akan habis jika tidak segera dipesan kembali. Oleh karena itu, adanya stok minimum agar obat selalu tersedia di Apotek. Hal - tersebut sudah cukup baik. Pengadaan, untuk tersedianya obat maka pengadaan yang dilakukan yaitu melalui pemesanan langsung dari Apotek Kimia Farma Kebayoran Lama ke bagian pusat Apotek Kimia 21 Farma untuk mengirimkan barang obat yang dipesan. Pemesanan dilakukan seminggu sekali melalui e-mail atau via telepon. Barang dikirim disertakan dengan salinan pesanan dan fakturnya untuk memudahkan pengecekan. Jika barang yang dipesan tidak ada di pusatnya maka pemesanan dilakukan langsung ke PBF. Hal tersebut menurut kami sudah cukup baik dalam pengadaan barang obat d Apotek karena barang obat yang hampir habis sudah dapat - dipesan kembali sehingga dapat mencegah kekosongan obat. Penerimaan, ketika barang sudah dikirim maka penerimaan barang dilakukan oleh Apoteker atau Asisten Apoteker dan setelah itu barang dicek satu per satu sesuai dengan fakturnya jadi barang yang diterima sesuai dengan yang dipesan, setelah sudah sesuai dan benar baik nama, jumlah, nomor batch, tanggal kadaluarsa obat, maka obat tersebut baru boleh ditempatkan sesuai pada tempatnya. Hal tersebut sudah cukup baik tetapi terkadang barang yang diterima berjumlah banyak sekali sehingga tempat obat yang - diterima penuh. Penyimpanan, obat disimpan pada rak obat berdasarkan dengan farmakoterapi obat dan disusun secara alfabetis serta ada juga yang disimpan pada lemari pendingin dengan suhu tertentu, sehingga dapat memudahkan petugas dalam mengambil obat dan terlihat rapi dalam penyimpanan obat-obatnya. Untuk obat narkotik dan psikotropik mempunyai disimpan kunci pada tersendiri 22 lemari yang yang dipegang berbeda dan oleh Apoteker. Pengeluaran obat memakai sistem FIFO First In First Out yaitu obat yang pertama masuk maka obat tersebut yang pertama keluar. Dalam hal penyimpanan obat tersebut sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sedangkan untuk menyimpan barang obat yang sudah tidak cukup pada rak obatnya maka obat tersebut di simpan pada rak obat yang kosong dikarenakan tidak ada gudang khusus untuk penyimpanan obat yang datang pada waktu yang sama dan dalam jumlah yang banyak. Menurut kami ini sudah cukup baik karena obat yang disimpan akan cepat habis dan juga untuk efisiensi tempat tetapi akan lebih baik lagi jika terdapat - gudang obat. Pemusnahan, jika terdapat obat yang rusak dan kadaluarsa maka apoteker akan melapor ke bagian pusat untuk memusnahkan obat yang rusak dan kadaluarsa sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Di Apotek tidak dilakukan pemusnahan sendiri tetapi dimusnahkan bersama di bagian pusat Apotek Kimia Farma untuk - mengefesiensi waktu. Pengendalian, untuk mengendalikan persediaan pelayanan agar tidak terjadi kekosongan, kelebihan, kekurangan, kehilangan, kerusakan, kadaluarsa, dan pengembalian pesanan obat maka dilakukan stok opname setiap 3 tiga bulan sekali untuk mengecek persediaan obat. Stok opname dicatat pada kartu stok yang didalamnya terdapat kolom nama obat, jumlah obat, jumlah sisa obat dan paraf tetapi tidak tersedia kolom nomor batch, setiap obat 23 dan juga disimpan di dalam komputer untuk mempermudah mengetahui persediaan obat yang ada. Dalam pengendalian ini - sudah dapat dikendalikan dengan baik. Pencatatan dan pelaporan, pencatatan dilakukan pada sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang pada pengadaan barangnya besertakan dengan surat pesanan dan fakturnya, penyimpanan pada kartu stok dan komputer, penyerahan dengan struk penjualan. Pelaporan akan dibuat secara internal yang merupakan pelaporan untuk kebutuhan manjemen Apotek, seperti pelaporan keuangan, barang, dan lain-lain serta dibuat secara eksternal yang merupakan pelaporan untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan, seperti pelaporan narkotika, psikotropika, dan lain-lain yang akan dilaporkan ke bagian pusat Apotek Kimia Farma untuk diketahui secara jelas. 2. Pengarsipan Resep Resep yang diterima oleh Apotek ada dua macam yaitu resep BPJS dan resep tunai yang diarsipkan secara berbeda di dalam komputer yang berbeda sesuai dengan jenis resepnya sehingga tidak tercampurkan data resep BPJS dan resep tunai. Resep yang telah disimpan dalam jangka waktu 5 lima tahun akan dimusnahkan dengan membuat pelaporan pemusnahan resep ke bagian pusat. Resep BPJS yang diterima ± 10 resep perhari, sedangkan resep tunai yang diterima ± 50 resep tersebut diarsipkan untuk mengetahui jumlah obat yang keluar. 3. Pengelolaan Sumber Daya Kesehatan 24 a. Sumber Daya Manusia SDM Tenaga kesehatan di Apotek Kimia Farma berjumlah 11 sebelas orang tenaga kesehatan yang diantaranya terdiri dari - 1 satu orang Apoteker - 1 satu orang Asisten Pendamping Apoteker - 9 sembilan orang Asisten Apoteker Tenaga kesehatan di Apotek ini sudah cukup dan bekerja dengan jadwal shift yang bergantian ada tiga shift yaitu shift pagi, sore, dan malam karena Apotek buka selama 24 jam untuk melayani kebutuhan masyarakat. b. Fasilitas Kesehatan 1. Fasilitas Kesehatan yang dimiliki Apotek Kimia Farma, meliputi - Klinik Laboratorium - Praktek Dokter - Ruang Konsultasi Apoteker - Ruang peracikan obat dan penyerahan obat - Ruang tunggu yang nyaman dilengkapi dengan AC, televisi, majalah kesehatan, tempat brosur, dan tempat sampah. 2. Perlengkapan Pelayanan Kefarmasian, meliputi - Rak Etiket, kantong etiket, kantong plastik obat - Rak obat – obat - Lemari Narkotik dan psikotropik - Lemari es untuk obat- oba t khusus - Kasir - Kwitansi, copy resep, dan Buku bukti pembayaran - FOI Formularium Obat Inhealth edisi VII 2015 - Streples dan Lakban - Telepon, Komputer, Printer struck - Brosur, majalah - Kalkulator, buku telepon, bolpoin - Mesin ATM - AC - Kalender, Jam dinding - Stempel Kimia farma 25 3. Penunjang Pelayanan Kefarmasian -Buku ISO, MIMS, DLL -Timbangan -Mortir dan Stamper -Batang pengaduk -Gelas ukur -Blender obat -Mesin cetak puyer -Pipet tetes, spantel -Pot plastik, botol obat, sendok obat B. Pelayanan Farmasi Klinik 1. Penerimaan resep dokter dan penyerahan o bat - Pasien datang ke apotek dengan membawa resep dokter untuk ditebus/ diracik, setelah itu petugas merima resep sekaligus melakukan skrining untuk mengecek kelengkapan resep berdasarkan administrasi, farmakologi terapi, dan secara klinik, jika resep tidak lengkap akan ditolak dan tidak dilanjutkan, tetapi jika resep lengkap maka akan disiapkan obat berdasarkan dengan resep setelah diproses di dalam komputer dan melakukan pembayaran terlebih dahulu, penyiapannya berupa - nama pasien, jumlah obat, jenis obat, dan etiket. Setelah itu pasien menerima nomor resep dan selama - penyiapan obat pasien menunggu diruang tunggu. Kemudian obat dilakukan peracikan dan pengemasan, setelah sudah selesai obat diperiksa kembali, jika sudah sesuai akan - diserahkan ke pasien. Penyerahan obat ke pasien dengan memanggil nama pasien setelah itu mencocokkan nomor resep pasien jika benar obat akan diserahkan beserta dengan informasi obatnya. 26 - Penerimaan resep sampai dengan penyerahan resep di Apotek ini sudah cukup baik dan sesuai. Berikut ini adalah bagan alur pelayanan resep Alur Pelayanan Resep 27 2. Pelayanan Informasi Obat PIO dan Konsultasi dengan Apoteker Pelayanan informasi obat PIO adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, komprehensif, terkini oleh apoteker kepada pasien, tenaga kesehatan, masyarakat maupun pihak yang memerlukan. Kegiatan Pelayanan informasi obat PIO yang dilaksanakan di Apotek ini, diantaranya adalah menjawab pertanyaan dari pasien, membuat brosur, leafleat, dan lain-lain untuk dapat diketahui oleh pasien. Sedangkan Konsultasi dengan Apoteker yaitu konseling pasien yang merupakan informasi khusus kepada pasien yang mempunyai kriteria pasien untuk diberikan konseling, seperti pasien penyakit kronis, pasien kondisi khusus, pasien dengan tingkat kepatuhan rendah, pasien dengan polifarmasi, dan pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempitdigoksin, fenitoin, teofilin. Hasil dari kegiatan Pelayanan informasi obat PIO tersebut akan dicatat dan didokumentasikan untuk arsip laporan. 3. Standar Prosedur Operasional SPO/SOP Standar Prosedur Operasional SPO/SOP di Apotek ini sudah diterapkan dan sesuai, standar pelayanan sudah ditempel pada dinding agar dapat dilihat dan dibaca, beberapa standar pelayanannya - adalah sebagai berikut Standar Pelayanan Apotek Kimia Farma Lemari Narkotik 28 - Lemari dalam keadaan baik, tidak berpindah tempat dan layak - digunakan Terdapat kartu stok dan cek jumlah stok sesuai dengan catatan - kartu setiap hari Laporan bulanan sesuai, kerjakan dan selesai sebelum tanggal - 5 Lemari dalam keadaan terkunci dan dapat segera dibuka bila dibutuhkan a. Standar Sarana Apotek Kimia Farma Seragam Kerja - Seragam kerja yang digunakan bersih, tapi sesuai dengan - jadwal yang telah ditetapkan Memakai ID / atribut / kartu pengenal di sebelah kiri dada Masker digunakan saat meracik Apoteker memakai jas praktek, terdapat papan nama “ Apoteker “ di sebelah kiri dada. b. Standar Kebersihan Ruang Peracikan Pastikan - Terdapat alat racik yang bersih, kering dan rapi siap - digunakan Terdapat alat tulis, sarana lain yang lengkap, siap digunakan AC / exhause Fan / kipas tetap terjaga bersih dan bekerja - dengan baik Ruangan tidak berdebu dan tidak berbau Tidak terdapat kotoran sampah tempat sampah dalam keadaan kering, bersih dan tertutup rapi. C. Monitoring dan Evaluasi Pelayanan Kefarmasian Pelayanan kefarmasian dimonitoring dan dievaluasi melalui metode evaluasi yaitu Audit yang emrupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas pelayanan dengan pengukuran kinerja bagi yang memberikan pelayanan dengan menentukan kinerja yang berkaitan dengan standar 29 yang dikehendaki dan merupakan alat untuk menilai, mengevaluasi, menyempurnakan Pelayanan Kefarmasian secara sistematis. Audit dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil monitoring terhadap proses dan hasil pengelolaan. Audit ini dilakukan untuk meningkatkan mutu manajerial dan mutu pelayanan farmasi klinik serta kualitas pelayanan yang diberikan petugas Apotek kepada pasien dalam hal, seperti keramahan, kesopanan, gretting, kecepatan pelayanan, dan melayani dengan sepenuh hati. Hal seperti itulah yang terus dipantau dan dievaluasi agar pasien/ pelanggan merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh Apotek Kimia Farma. Monitoring dan evaluasi yang dilakukan ini sudah cukup baik tetapi akan lebih lagi jika metode yang digunakan tidak hanya audit saja tetapi dengan metode lainnya untuk dapat memonitoring dan mengevaluasi diharapkan. 30 sesuai dengan yang BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil Kegiatan Praktik Kerja Lapangan PKL di Apotek KimiaFarma Kebayoran Lama No. 55 dapat disimpulkan, sebagai berikut - Pengelolaan Obat manajerial di Apotek ini yang meliputi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Bahan Medis Habis Pakai, Pengarsipan Resep, dan Sumber Daya Kesehatan sudah dikelola dengan baik - dan dan sesuai. Pelayanan Farmasi Klinik, yang meliputi Penerimaan resep sampai dengan penyerahan obat, Pelayanan Informasi Obat PIO dan - Konsultasi dengan Apoteker, serta Standar Prosedur Operasional SPO/SOP sudah sesuai dengan prosedur. Monitoring dan Evaluasi Pelayanan Kefarmasian dengan metode evaluasi secara audit sudah berjalan dengan baik. B. Saran Saran yang dapat kami berikan sebagai masukan untuk meningkatkan Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kimia Farma Kebayoran Lama No. 55, yaitu sebagai berikut - Dalam penyimpanan obat diperlukan gudang penyimpanan obat untuk menyimpan obat yang baru datang agar dapat disimpan - dengan rapi dan baik. Perlu penambahan kolom nomor batch pada kartu stok. Mengadakan pelayanan kefarmasian di rumah home pharmacy care sperti mengadakan kunjungan rumah khususnya untuk 31 kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis - lainnya. Sebaiknya metode evaluasi yang di gunakan tidak hanya audit tetapi dengan metode evaluasi yang lainnya seperti review, survei, dan observasi, metode- metode tersebut dapat digabungkan sehingga monitoring dan evaluasi dapat berjalan dengan lebih - baik. Terdapat 1 ruang khusus untuk konseling pasien agar pasien - merasa lebih nyaman untuk konseling dengan Apoteker. Sebaiknya dilakukan pencatatan waktu tunggu obat racikan dan non racikan agar pasien tidak lama menunggu. 32 LAMPIRAN - LAMPIRAN Lampiran 1 Copy Resep, Etiket, dan Kantong Plastik Obat - Copy Resep - Etiket 33 - Kantong Plastik Obat Lampiran 2 Alur Pelayanan Pasien 34 ALUR PELAYANAN PASIEN Pasien Pulang Pasien Datang Pendaftaran dan Kasir Perawat Entry data pasien Memberikan No Urut Pasien Menyiapkan Medical No Urut Pasien Pembayaran ADM dan Hasil Pemeriksaan Dokter ke Kasir Obat Ruang praktek Resep Dokter Dokter Diagnosa Pemeriksaan Tindakan DLL. Rujukan ke Lab jika Diperluka Hasil Pemeriksaan Laboraorium Laboratorium Klinik Lampiran 3 Alur Penerimaan Barang PENERIMAAN BARANG 35 Apotek Bon Penerimaan Barang BPBA Asisten Pendamping Apoteker APA Business manager BM Logistik Pedagang besar farmasi PBF Khusus untuk pemesanan barang narkotik dan psikotropik harus dengan surat pemesanan dari apoteker. Lampiran 4 Kartu Suhu Ruangan Kulkas KARTU SUHU RUANGAN KULKAS PERACIKAN / SWALAYAN / KULKAS 36 BULAN FEBRUARI 2015 TANGGAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 SHIFT PAGI SORE PAGI SORE PAGI SORE PAGI SORE PAGI SORE PAGI SORE PAGI SORE PAGI SORE PAGI SORE PAGI SORE PAGI SORE PAGI SORE PAGI SORE PAGI SORE PAGI SORE PAGI SORE PUKUL SUHU 5 0C 2 0C 3 0C 5 0C 6 0C 8 0C 2 0C 4 0C 3 0C 5 0C 8 0C 7 0C 2 0C 3 0C 5 0C 4 0C 6 0C 30C 6 0C 7 0C 2 0C 4 0C 3 0C 5 0C 6 0C 7 0C 3 0C 2 0C 5 0C 8 0C 6 0C 4 0C Lampiran 5 Obat-obat di Apotek Kimia Farma Kebayoran Lama No. 55 37 PARAF OBAT – 0BAT di APOTEK KIMIA FARMA KEBAYORAN LAMA NO. 55 NO 1 2 3 4 5 ANTI JAMUR Diflucan 500 mg, 150 mg Formyco 200 mg Fulcin 500 mg Fungasol 200 mg Grazol 200 mg NO 1 2 3 4 5 NO 1 2 3 4 5 PENCERNAAN Acpulsif 5 mg Acran 150 mg Anvomer B6 Benozym Becantex NO 1 2 3 4 5 ANTIPIRETIK Alerfed Alupent 20 mg Ataroc 25 mcg, 50 mcg Bestalin 25 mg Bricasma 25 mg NO 1 2 3 4 5 ANTIBIOTIK Amoxillin 500 mg Amoxil 50 mg Anfix 100 mg Amoxsan 250 mg, 500 mg Augmentin 500 mg NO 1 2 3 4 5 GENERIK Acyclovir 200 mg, 400 mg Allopurinol 100 mg, 300 mg Amlodopine5 mg, 10 mg Amoxycillin 250 mg, 500 mg Ampicillin 500 mg NO 1 2 3 4 5 ANALGESIK Megabal 500 mcg Meloxin mg, 15 mg Mertigo SR 6 mg Methycobal 250 mg, 500 mg merislon NO 1 2 3 4 5 ALERGI Aerius 5 mg Allerhis 10 mg Alloris 10 mg Avil 25 mg Cerini 10 mg NO HORMON, NO 1 2 3 4 5 NO 1 2 3 4 5 KOLESTEROL, NO 38 ANTIVIRUS Baraclude 1 mg Clinovir 200 mg, 400 mg Herclov 500 mg Isoprinosine 500 mg Sebivo 600 mg PRODUK KIMIA FARMA Betaserg 8 mg, 24 mg Duvadilan Doxef 500 mg Enkapyrin Fungarol HIPERTENSI Alovell 10 mg, 70 mg Amlodipine tab 10 mg Eclid 100 mg Hipolip kap 300 mg, 100 mg Transamin tab 250 mg, 500 mg ANTIVIRUS 1 2 3 4 5 N O 1 2 3 4 5 ANTI DIABETES Cataflam drop Somerol 4 mg Urogetik 100 mg Urispas 200 mg Urixin 400 mg 1 2 3 4 5 Baraclude 1 mg Clinovir 200 mg, 400 mg Herclov 500 mg Isoprinosine 500 mg Sebivo 600 mg PSIKOTROPIK NO NARKOTIK Ativan mg, mg, 2 mg Alprazolam mg, 1 mg Diazepam 2 mg Esilgan 1 mg, 2 mg Haloperidol 5 mg 1 2 3 4 5 Codein 10 mg, 15 mg Codipront kapsul Codipront syr 60 ml Coditam tab MST Continus 10 mg, 15 mg 39 PTKimia Farma Apotek berkomitmen untuk memberikan layanan prioritas bagi seluruh nasabah Bank NTT dan karyawan Bank NTT dalam hal layanan pembelian obat-obatan, multivitamin dan alat kesehatan. Layanan Pembelian dapat dilakukan di semua Outlet Kimia Farma Apotek yang tersebar di seluruh wilayah Nusa Tenggara Timur. p>Terjadinya pergeseran paradigma pelayanan kefarmasian dari pelayanan obat drug oriented menjadi lebih berfokus kepada pelayanan pasien patient oriented dengan berdasar kepada Pharmaceutical Care saat ini sedang terjadi dengan tetap mengkedepankan pedoman patient safety . Salah satu penunjang tercapainya patient safety adalah ketersediaan obat yang dipengaruhi oleh prosess supply chain dari pihak distributor kepada apotek. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui performa supply chain management dari PBF terhadap proses pengadaan di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo dan memberikan rekomendasi terhadap performa supply chain management dari PBF. Rancangan penelitian ini dilakukan dengan mengikuti rancangan penelitian deskriptif non eksperimental dengan pengambilan data secara retrospektif . Kinerja supply chain PBF diukur dengan pendekatan Supply Chain Operations Reference SCOR. Model hirarki awal disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Normalisasi Snorm De Boer berfungsi untuk menyamakan nilai metrik yang digunakan sebagai indikator pengukuran. Aspek performa Supply Chain Management dari PBF di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo ditinjau dari atribut reliability diperolehan nilai sebesar 45,81 dan atribut responsiveness diperoleh nilai sebesar 15,24 atribut agility diperoleh nilai sebesar 14,40 atribut asset management sebesar 5,99. Secara total diperoleh jumlah skor performa PBF sebesar 81,44 dapat dikategorikan baik untuk sebuah sistem supply chain .90 Sangat rendah Rendah Rata-rata Baik Sangat baik Pembobotan dengan Analytical Hierarchy Process AHP Pembobotan nilai KPI dapat dilakukan dengan menggunakan model Analytical Hierarchy Process AHP. Tingkat kepentingan dari masing-masing level dan besaran nilai KPI dapat diketahui dengan dilakukannya pembobotan. AHP sendiri merupakan salah satu jenis model pendukung dibuatnya keputusan Saayt. TL, 1990. Dimana jenis model ini dapat memberikan penguraian permasalahan multi faktor yang bersifat kompleks menjadi suatu hirarki Wibisono, 2006. Manfaat lain pada model ini adalah dapat melakukan penggabungan antara unsur objektif dengan subjektif terhadap suatu masalah. Beberapa langkah dasar penyusunan AHP terdiri dari 3 tahapan. Tahap awal yaitu desain dengan bentuk hirarki, yang perlu dilakukan pada model AHP sebagai langkah awal adalah menguraikan persoalan yang bersifat kompleks dan multikriteria selanjutnya menjadi bentuk hirarki. Tahap kedua adalah memprioritaskan prosedur, setelah proses pemecahan permasalahan telah tersusun menjadi sebuah struktur model hirarki, maka tahapan berikutnya adalah memilih mana prosedur yang bersifat prioritas untuk mendapatkan nilai relatif kemaknaan dari elemen penyusun di tiap level. Tahap ketiga adalahmelakukans perhitungan hasil, setelah terbentuk metriks preferensi, maka selanjutnya dapat dilakukan proses normalisasi dan menghitung bobot prioritas pada setiap metriksnya. Menghitung nilai total kinerja SCM Hasil perkalian dari nilai skor normalisasi tiap metrik dengan bobot metrik yang didapat dari hasil pembobotan menggunakan AHP merupakan nilai total kinerja SCM. 3. Hasil dan Pembahasan Masing-masing atribut memiliki makna yang mewakili tiap dimensinya. Dimensi reliability memiliki 10 atribut pengukuran, dimensi responsiveness memiliki 5 atribut pengukuran, dimensi agility memiliki 4 atribut pengukuran dan dimensi asset management memiliki 3 atribut pengukuran. J Pharm Sci Clin Res, 2021, 01 54 Nilai normalisasi metriks SCOR model level 1 Perhitungan data pada masing-masing performance attributes menggunakan persamaan Snorm De Boer Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan pada metriks perfect order fulfillment POF nilai maksimal diperoleh sebesar 100,00%, nilai aktual yang dirasakan yaitu sebesar 92,63%. Batas nilai minimal yang pernah dirasakan adalah 0%. Nilai normalisasi setelah dilakukan perhitungan diperoleh angka sebesar 92,63%. Disini masih terlihat adanya perbedaan antara nilai maksimal dengan nilai aktual, artinya bahwa masih ada permintaan yang belum dapat dipenuhi oleh PBF. Penelitian Luthfiana 2012 dengan studi kasus di PT. Indofarma menyatakan nilai POF sebesar 100%. Sehingga dalam proses pengadaan dan pemesanan perlu adanya upaya dan perbaikan. Hal ini dapat terjadi biasanya dikarenakan stok barang di PBF mengalami kekosongan atau keterlambatan pengiriman barang dari produsen. Tabel 2. Hasil perhitungan nilai normalisasi metriks SCOR model level 1 dari performence atributes yang telah dilakukan dengan menggunakan persamaan Snorm De Boer tehadap kinerja PBF di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo. Perfect order fulfillment % Order fulfillment cycle time hari Supply chain flexibility/ adaptability % Cash to cash cycle time hari Hasil Nilai Performa Selanjutnya dilakukan perhitungan hasil perolehan nilai performa dengan tujuan untuk memberikan gambaran baik atau buruknya performa dari suatu PBF. Pengukuran nilai ini merupakan langkah awal untuk melakukan perbaikan terhadap performa kinerja perusahaan. Pada tabel 3 dapat diketahui bahwa nilai hasil akhir performa supply chain dari PBF sebesar 81,44 dengan nilai tertinggi pada skor performa untuk atribut reliability sebesar 45,81. Ini bermakna bahwa PBF terkait memiliki performa nilai kehandalan yang baik. Kemampuan untuk dapat melakukan pemenuhan atas permintaan barang tergolong baik. Sedangkan nilai terendah didapat pada atribut asset management dengan metrik cash to cash cycle time skor perolehan sebesar 5,99. Perolehan penilaian tersebut bermakna bahwa performa PBF dalam hal kemampuan serta kecepatan dalam mengubah persediaan menjadi uang masih belum optimal. Beberapa hal yang mempengaruhi nilai tersebut diantaranya ketersediaan barang di PBF tersebut, kompetisi dengan PBF lain dan dampak perubahan regulasi pemerintah mengenai kebijakan pelayanan kesehatan Jaminan Kesehatan Nasional. Perolehan nilai berdasarkan sistem monitoring indikator performa sebesar 81,44 dapat dikategorikan baik berdasarkan sistem monitoring indikator kinerja untuk sebuah sistem supply chain dari suatu perusahaan. Namun masih perlu terus dilakukan monitoring dan evaluasi J Pharm Sci Clin Res, 2021, 01 55 terhadap indikator performa untuk meningkatkan nilai performa yang diperoleh. Penelitian Wahyuniardi, 2017 dengan studi kasus di PT. Brodo Ganesha Indonesia memberikan hasil total skor performa supply chain sebesar 59,21. Hal ini menunjukkan hasil perhitungan nilai akhir performa atribut total keseluruhan PBF lebih baik. Hasil penelitian Kurnia, 2017 menunjukkan bahwa pelaksanaan SCM secara tidak langsung memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Tabel 3. Hasil perhitungan skor nilai akhir performence atributes nilai total keseluruhan PBF di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo Reliability Responsiveness Agility Asset management Perfect order fulfillment % Order fulfillment cycle time hari Supply chain flexibility/ adaptability % Cash to cash cycle time hari Jumlah skor performa supply chain Rekap Nilai Performa PBF Penilaian performa dari masing-masing PBF akan memberikan gambaran terhadap kinerja suatu perusahaan. Nilai tersebut tersusun oleh beberapa atribut, dengan mengetahui nilai pada masing-masing atribut pendukungnya maka proses perbaikan kinerja dapat dilakukan dengan lebih terfokus. Pada tabel 4 terlihat nilai dari atribut dan nilai performa dari masing-masing PBF dengan besaran perolehan nilai yang beragam. Nilai tersebut menunjukkan kinerja dari masing-masing PBF. Pada atribut reliability PBF yang memiliki nilai tertinggi dari keseluruhan sampel menggambarkan bahwa kinerja dari PBF tersebut mampu memberikan pelayanan dalam pemenuhan permintaan dengan sangat baik. Sedangkan PBF dengan nilai rendah bermakna bahwa dalam pemenuhan pemesanan oleh pihak apotek masih perlu banyak perbaikan baik itu dari sistem/alur pelayanan pemenuhan permintaan ataupun dari permasalahan lain. Persaingan antar perusahaan dapat diatasi dengan menyusun rencana strategis. Salah satunya adalah perlunya sifat agility dan adaptability dari perusahaan tersebut sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan performanya Rahmasari, 2016. Atribut responsiveness menunjukkan perolehan nilai yang berbeda pula antar sampel. Terlihat bahwa antara nilai tertinggi dengan yang terendah ada perbedaan atau rentang yang sangat besar. Sehingga dirasa perlu untuk melakukan kajian lebih kanjut terhadap PBF yang memiliki nilai lebih rendah. Hal ini terjadi karena kemampuan finansial dan dukungan pemilik modal dalam mengembangkan usaha masing-masing PBF berbeda-beda. Pada atribut Agility nilai yang tertinggi diperoleh PBF yang mampu melekukan respon atau tanggap dengan cepat dalam menyikapi atau menerima permintaan diluar kebiasaan/ J Pharm Sci Clin Res, 2021, 01 56 regular. Hal ini bisa terjadi karena masing-masing PBF memiliki target dalam penjualan. Sehingga segala hal dilakukanuntuk mencapai target penjualan perbulan. Tabel 4. Hasil rekap perhitungan nilai performence atributes masing- masing PBF di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo Atribut Asset Management pada masing-masing PBF juga berbeda. PBF yang memiliki nilai tertinggi menggambarkan bahwa pengelolaan baik itu asset maupun keuangan sudah dilakukan dengan baik. Untuk PBF dengan nilai terendah maka perlu dilakukan perbaikan semisal dengan melakukan pencatatan lebih tertib terhadap jatuh tempo pembayaran, dan pengaturan pembayaran. Nilai akhir pembobotan masing-masing atribut Hasil nilai akhir dari tiap atribut akan memberikan gambaran perbedaan performa kinerja pada masing-masing PBF di tiap atribut yang diteliti. Perbaikan performa kinerja akan dapat dilakukan dengan berdasar pada hasil penilaian ini. Pada tabel 5 dilakukan perhitungan dari masing-masing atribut pada tiap PBF dengan mengalikan perolehan nilai normalisasi dengan masing-masing bobotnya. Sehingga dari sini akan diperoleh nilai akhir, yang dapat memberikan gambaran terhadap performa kinerja setiap PBF yang diteliti. Terlihat pada masing-masing atribut terdapat nilai akhir yang berbeda-beda. Pada atribut Reliability terlihat bahwa nilai terbesar diperoleh hanya satu PBF, disini dapat menggambarkan bahwa kinerja PBF tersebut dalam upaya pelayanan pemenuhan permintaan oleh pihak apotek dalam proses pengadaan dapat dikategorikan baik. Hal ini ditunjang oleh sistem manajemen dari PBF tersebut yang sudah terstruktur dengan rapi. Selain itu ketepatan dalam pengiriman, pada PBF ini didukung oleh armada layanan antar yang banyak sehingga mempercepat proses pengiriman. Pada atribut responsiveness nilai tertinggi diperoleh oleh tiga PBF, hal ini bermakna bahwa pada ketiga PBF tersebut kecepatan dalam pengiriman pemesanan lebih baik bila dibandingkan dengan PBF yang lain. Dengan demikian maka ketersediaan stok barang dapat terjaga, dan dapat meminimalkan terjadinya penolakan permintaan oleh pasien. Untuk atribut J Pharm Sci Clin Res, 2021, 01 57 agility nilai tertinggi diperoleh sebanyak dua PBF. Hal ini menggambarkan bahwa dari kesepuluh sampel, hanya dua PBF yang mampu memenuhi permintaan diluar kebutuhan regular atau biasanya. Kemampuan dalam pemenuhan permintaan apotek dengan jumlah yang bervarian, hal ini dapat terjadi karena adanya permintaan mendadak dalam jumlah banyak karena adanya Kondisi Luar Biasa KLB atau ada wabah penyakit. Tabel 5. Hasil perhitungan nilai akhir masing- masing PBF pada tiap performence atributes di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo J Pharm Sci Clin Res, 2021, 01 58 Sedangkan untuk atribut asset management nilai tertinggi dicapai oleh tiga PBF. Pencapaian angka ini menunjukkan bahwa ketiga PBF tersebut sudah mampu melakukan pengelolaan dan perbaikan dalam managemennya. Terutama dalam hal pengelolaan inventory dan pembayaran tagihan. Sedangkan untuk PBF dengan nilai rendah, perlu dilakukan perbaikan dalam pencatatan dan pengaturan pembayaran serta perlu adanya perbaikan inventory yang bisa dibantu dengan alat atau program komputerisasi Nilai Total Skor Performa Dengan menghitung nilai total skor performa kinerja dari PBF yang diteliti dari hasil penjumlahan kinerja masing-masing atribut maka dapat diketahui mana PBF yang dapat memberikan dan menunjukkan kinerja terendah sampai yang terbaik. Hal ini berguna untuk melakukan analisa kinerja dari masing-masing PBF dan juga memberikan bahan analisa penentuan kebijakan dari penerima kinerja PBF tersebut. Manfaat lainnya adalah evaluasi untuk meningkatkan daya saing dan loyalitas konsumen Wigaringtyas, 2013. Nilai akhir dari tiap atribut akan memberikan gambaran perbedaan performa kinerja pada masing-masing PBF di tiap atribut yang diteliti. Perbaikan performa kinerja akan dapat dilakukan dengan berdasar pada hasil penilaian ini. Tabel 6. Hasil rekap perhitungan nilai performence atributes secara total dari masing- masing PBF di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo Tabel 6 merupakan hasil rekap perolehan perhitungan total skor performa dari masing-masing PBF. Total nilai performa menunjukkan adanya perbedaan antara PBF satu dengan yang lainnya. Angka total terbesar menunjukkan kinerja PBF tersebut baik dengan masing-masing atribut pendukungnya. Nilai tertinggi yang diperoleh PBF dalam total skornya ada kalanya tidak didukung oleh perolehan nilai maksimal pada setiap atributnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PBF yang memperoleh nilai tertinggi memiliki satu aspek yang nilai perolehanya masih dibawah PBF lain. Namun pada atribut lain, nilai yang diperoleh sangat tinggi sehingga mengakibatkan nilai total menjadi terbesar. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun PBF tersebut memperoleh angka total terbesar, masih perlu adanya perbaikan pada aspek tertentu guna J Pharm Sci Clin Res, 2021, 01 59 mendapatkan performa yang lebih baik lagi. Beberapa hal yang mempengaruhi perencanaan supply chain management secara mendasar antara lain perubahan teknologi, lingkungan bisnis, kompetensi dan akuisisi Suryani, 2011. Tabel 7. Hasil perhitungan total skor akhir dari semua komponen performence atributes terhadap masing- masing PBF di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo Rating Akhir Nilai Skor Performa Dari keseluruhan perhitungan diatas akan memberikan perolehan nilai skor akhir bagi masing-masing PBF yang diteliti. Peringkat tertinggi sampai terendah dari masing-masing PBF akan dapat terlihat. Dengan menghitung nilai total skor performa kinerja dari PBF yang diteliti maka dapat digunakan untuk melakukan analisa kinerja dari masing-masing PBF. Tabel 7 menunjukkan urutan penilaian dari kesepuluh sampel PBF yang diambil. Urutan berdasarkan dari perolehan nilai akhir tertinggi sampai ke yang terendah. Beberapa strategi yang dapat diambil dalam mengupayak perbaikan pada masing-masing atribut penunjang nilai akhir. Dimulai dari setiap proses yang berkaitan dengan pemasok, aktivitas produksi dan distribusi hingga produk sampai ketangan konsumen Huan, 2004. Pada atribut reliability beberapa langkah yang dapat diambil antara lain melakukan peningkatan koordinasi antara PBF dengan apotek sebagai pelanggan. Hal ini dapat dilakukan dengan menentukan target dan menjadwalkan pertemuan dengan pelanggan secara rutin. Sehingga dapat dilakukan pemecahan permasalahan yang terjadi antara PBF dan apotek sebagai pelanggan bila ada kendala dalam proses pemesanan. Kerjasama dan tumbuhnya rasa kepercayaan serta pengakuan merupakan titik fokus pengelolaan manajemen supply chain, bila semua proses dapat dilakukan pengelolaan dengan baik maka secara keseluruhan akan memberikan hasil yang lebih besar dari jumlah bagian penyusunnya Christopher, 2011. Kepuasan konsumen berbanding lurus dengan kinerja yang baik, sehingga diperlukan adanya pengukuran kinerja untuk mengetahui nilai saat ini dan upaya untuk terus meningkatkannya Liputra, 2018. J Pharm Sci Clin Res, 2021, 01 60 4. Kesimpulan Performa Supply Chain Management dari PBF di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo ditinjau dari atribut penelitian secara total diperoleh jumlah skor sebesar 81,44 dapat dikategorikan masuk rentang baik untuk sistem supply chain dari suatu perusahaan. Rekomendasi yang diberikan terhadap performa Supply Chain Management dari PBF di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Sidoarjo yaitu perlu adanya perbaikan terutama pada dimensi asset management berupa strategi pencatatan pembukuan yang berisikan waktu pembayaran dan pembuatan penilaian key performa indicator pada atribut cash to cash cycle time. Ucapan Terima Kasih Penulis ucapkan terima kasih kepada Manajemen PT. Kimia Farma Apotek Unit Bisnis Sidoarjo, Universitas Setia Budi, yang membantu didalam pengumpulan data pengerjaan hingga mendapatkan hasil penelitian. Deklarasi Konflik Kepentingan Semua penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan terhadap naskah ini. Daftar Pustaka Ambe, JM. 2014. Key indicators for optimizing SC performance The case of light vehicle manufactures in South Africa. The Journal of Applied Business Reseaerch, 1, pp 277-290. Christopher, M. 2011. Logistics and Supply Chain Management Strategies for Reducing Cost and Improving Service Financial Times Pitman Publishing. London, 1998 ISBN 0 273 63049 0 hardback 294+ 1Xpp. Taylor & Francis Council, 2015. SCOR Quick Reference Guide. Versión Recuperado Httpwww Apics Orgdocs default - Sourcescc-Non research apicsscc scor quick reference guide Pdf Huan, Sheoran, and Wang, G. 2004. A review and analysis of supply chain operations reference SCOR model. Supply Chain Management An International Journal, 91, Janvier-James, 2012. A new introduction to supply chains and supply chain management Definitions and theories perspective. Int. Bus. Res. 5, 194–207 Kemenkes. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Jkt. Dep. Kesehat. RI. Kurien, Qureshi, 2012. Performance measurement systems for green SCs using modified balanced score card and analytical hierarchical process. Scientific Research and Essays, 736, pp. 3149 –3161 Kurnia, E. 2017. Pengaruh Praktik Supply Chain Management SCM Terhadap Kinerja Perusahaan dan Keunggulan Bersaing pada UKM Olahan Makanan Bika Ubi BARKAH di Kota Medan. J Pharm Sci Clin Res, 2021, 01 61 Liputra, Santoso, S. and Susanto, 2018. Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Dengan Model Supply Chain Operations Reference SCOR dan Metode Perbandingan Berpasangan. Jurnal Rekayasa Sistem Industri, 72, Luthfiana, Perdana, R. and Kalijaga, 2012. Pengukuran Performansi Supply Chain Dengan Pendekatan Supply Chain Operation Reference SCOR dan Analytical Hierarchy Process AHP Studi Kasus PT. Indofarma Global Medika. Indofarma Global Medika. Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Pujawan, dan ER, M. 2017. Supply Chain Management Edisi Ketiga. Surabaya Guna Widya Rahmasari, L. 2016. Pengaruh supply chain management terhadap kinerja perusahaan dan keunggulan bersaing Studi kasus pada industri kreatif di Provinsi Jawa Tengah. Majalah Ilmiah INFORMATIKA, 23. Romero, A. 2013. Managing medicines in the hospital pharmacy logistics inefficiencies, in Proceedings of the World Congress on Engineering and Computer Science. pp. 1–6. Saaty, 1990. The Analytical Hierarchy Process Planning, Priority Setting Resource Allocation. Pittsburgh University Pers. P. 97 Sumiati,2006. Pengukuran Performansi Supply Chain Perusahaan dengan pendekatan Supply Chain Operation Refrence SCOR di PT. Madura Guano Industri KAMAL-MADURA. Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran Jawa Timur Suryani, E. 2011. Analisis faktor kritis keberhasilan pada implementasi e-procurement. ComTech Computer, Mathematics and Engineering Applications, 22, Susanty, A.; Santosa, H.; Tania, F. 2017. “Penilaian implementasi Green Supply Chain Management di UKM Batik Pekalongan dengan Pendekatan GreenSCOR”. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 1, pp. 55 – 63. Wahyuniardi, R., Syarwani, M. and Anggani, R., 2017. Pengukuran Kinerja Supply Chain Dengan Pendekatan Supply Chain Operation References SCOR. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 162, Wibisono, Dermawan. 2006. Manajemen Kinerja. Penerbit Erlangga Jakarta Wigaringtyas, 2013. Pengukuran Kinerja Supply Chain Management Dengan Pendekatan Supply Chain Operation Reference SCOR. Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta. © 2021 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution-ShareAlike International CC BY-SA license ... Supply chain risk management is a risk management process that may happen while distributing materials from suppliers to end customers Puspadina et al., 2021;Rozudin & Mahbubah, 2021. Coordination between supply chain entities is needed to reduce the negative impact of supply chain management by planning and identifying supply chain risks Jayawati et al., 2020. ...... To find out risk events and agents was mastered using questionnaire design filled by three participants, pharmacists, service staff, and owners. The questionnaire attributes were obtained from previous research by Chaisani, 2021;Magdalena & Vannie, 2019;Puspadina et al., 2021;Samodro, 2020. Interview activities were carried out to determine the level of correlation between risk events and risk agents. ...... This research method is in line with previous studies as follow Kurnia Ramadhan et al., 2021;Puspadina et al., 2021;Samodro, 2020;Teniwut, Betaubun, et al., 2020. However, the research results are different. ...Aenun Nafi'ah Nina MahbubahPharmacy CBA is a trading business that engages in pharmaceutical and medical devices. Uncertainty and complexity have been identified as risks in business supply chains. Further measurement is needed in order to enhance the effectiveness of the pharmacy business process. The purpose of this study is to identify risk events and risk agents, calculate the risk value in the supply chain flow from upstream to downstream, and determine efforts to minimize risk. The method used in this research is HOR 2 phases, through a SCOR-based approach. The study begins with the identification of risk events and risk agents based on SCOR, then calculates the level of severity, occurrence, and correlation for the calculation of the HOR 1. Identified 45 risk events, 23 risk agents, and 19 actions to minimize risk. Aggregate risk potential is calculated as a result of HOR 1. From 23 risk agents, ten are prioritized based on the most significant ARP value. In the calculation of HOR 2, 10 risk mitigation strategies are obtained to minimize risk along with the supply chain stream. There are four approaches to implementing the ten mitigations HR Development, Customer Relationship Management-based approach, Supplier relationship management, and facility design.... With these criteria, the quality and safety of drugs to be given to patients can be guaranteed. The criteria for determining PBF distributors who prioritize patient safety which has been carried out by the Kragan II Health Center Pharmacist is in line with the statement from another study by Puspadina 2021 that Pharmacists must be able to determine the selection of distributors as suppliers of quality drugs, the quality and authenticity of drugs are the main points in the drug procurement process as well as safety factors. and effectiveness is also a priority that must be met in order to ensure patient safety. ...... and effectiveness is also a priority that must be met in order to ensure patient safety. 24 To ensure the safety and quality of drugs, Kragan II Health Center pharmacists in procuring drugs with PBF have documentation in both manual and digital forms. At the Kragan II Health Center, they usually use a document called a drug order letter where the drug order document consists of several other documents. ...Fitrotul MaulidiyyahBambang Budi RahardjoIntroduction Based on the results of a preliminary study at the Kragan II Health Center, Kragan District, Rembang Regency, it was found that problems in drug procurement activities were located on the Large Pharmaceutical Trader or Pedagang Besar Farmasi PBF. In addition, the COVID-19 pandemic has also affected the budget cuts for the procurement of drugs at the Kragan II Health This research was descriptive qualitative research. Data collection techniques use in-depth interviews and observation techniques. The sampling technique used was purposive sampling and data were analyzed using the Miles and Huberman The results showed that the process of planning and supplying drugs at the Kragan II Health Center had not gone well even though the indicators in Regulation of the Minister of Health Number 74 of 2016 of the Republic of Indonesia had been realized. The process of planning and procuring drugs at the Kragan II Health Center Puskesmas experienced problems in the field of funding for the procurement of drugs due to the Covid-19 pandemic. Another problem is the PBF whose response is slow and the drugs distributed are not following what was ordered by the Regarding debts with PBF, pharmacists are advised to discuss with the Head of the Kragan II Health Center regarding budget priorities during the COVID-19 pandemic to immediately pay off debts with PBF so that pharmacists can procure with PBF again. Therefore, drug services to patients can run well. David Try LiputraSantoso SantosoNadya Ariella SusantoThe rapid development of the industrial world has resulted in increasingly tight competition among companies. This condition shows the importance of improving performance, not only in a company but also other parties in the related supply chain, in order to compete with other companies or supply chains. The good performance of a supply chain will certainly increase the customers satisfaction. Therefore, performance measurement needs to be carried out so that a supply chain can find out how well it currently performing is and keep improving it. This study will discuss about the application of the supply chain operations reference SCOR model and the pairwise comparison method for the supply chain performance measurement of a product packaging company Keywords supply chain, performance measurement, SCOR, pairwise comparison Rizki WahyuniardiMoh. SyarwaniRyan AngganiPT. Brodo Ganesha Indonesia is a national company engaged in manufacturing with the production of leather shoes. The company has many stakeholders and it is difficult to manage its supply chain, thereby affecting the effectiveness and efficiency of the company's supply chains. The research was conducted to measure the performance of supply chain by using Supply Chain Operation References SCOR approach. The initial hierarchy model of performance measurement is tailored to the company's condition to measure its supply chain performance, while the normalization of Snorm De Boer serves to equalize the value of the matrix used as the measurement indicator. The level of importance of performance attributes is measured by weighting with subjective questionnaires. Value of performance attribute obtained reliability 19,74, responsiveness 16,91, agility 11,00; and asset management The total performance score of This value indicates that the performance of the supply chain is in an average SusantyHaryo SantosaFani TaniaThis article assesses the implementation level of Green Supply Chain Management GSCM practices in SMEs Pekalongan batik business with GreenSCOR approach and mapped out the results with an approach of importance peformance analysis IPA. The article also devised a strategy to improve the implementation of GSCM practices. Data collection was done by distributing questionnaires and interviews. This article shows that the level of GSCM implementation in small-scale batik SMEs is in the poor category; Whereas, the level of GSCM implementation in medium-scale batik SMEs is in the average category. The results of the mapping show that, for batik SMEs there are indicators that are in quadrant A. Preparation of strategies to improve GSCM practices in batik SME Pekalongan more focused on improving the performance of indicators of use of environmentally friendly raw Setia Budi, yang membantu didalam pengumpulan data pengerjaan hingga mendapatkan hasil penelitianBisnis SidoarjoBisnis Sidoarjo, Universitas Setia Budi, yang membantu didalam pengumpulan data pengerjaan hingga mendapatkan hasil indicators for optimizing SC performance The case of light vehicle manufactures in South AfricaJ M Daftar Pustaka AmbeDaftar Pustaka Ambe, JM. 2014. Key indicators for optimizing SC performance The case of light vehicle manufactures in South Africa. The Journal of Applied Business Reseaerch, 1, pp Quick Reference Guide. Versión Recuperado Httpwww Apics Orgdocs default -Sourcescc-Non research apicsscc scor quick reference guide Pdf HuanM S H ChristopherS K SheoranG WangChristopher, M. 2011. Logistics and Supply Chain Management Strategies for Reducing Cost and Improving Service Financial Times Pitman Publishing. London, 1998 ISBN 0 273 63049 0 hardback 294+ 1Xpp. Taylor & Francis Council, 2015. SCOR Quick Reference Guide. Versión Recuperado Httpwww Apics Orgdocs default -Sourcescc-Non research apicsscc scor quick reference guide Pdf Huan, Sheoran, and Wang, G. 2004. A review and analysis of supply chain operations reference SCOR model. Supply Chain Management An International Journal, 91, Menteri Kesehatan Republik Indonesia NomorKemenkesKemenkes. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2016 DiKimia Farma 3 5, pengadaan dilakukan setiap dua kali dalam se bulan. Yakni BPBA Ethical dilakukan setiap hari selasa. Untuk pelayanan obat tanpa resep dokter di Apotek Kimia Farma 3 5 Surabaya hanya diperbolehkan membeli obat bebas dan bebas terbatas. Dimana pasien bi sa secara langsung mengambilnya sendiri di swalayan Apotek yang ada. KEGIATAN PELAYANAN KEFARMASIANDiAPOTEK KIMIA FARMA 304Jl. Perak Timur No. 166, SurabayaSMK FARMASI SURABAYA2019NAMA KELOMPOKMifthakhudin AbdillahNabila Mei Sabrina KaruniaFara Lusianti DewiSalma Putri AureliaPERENCANAAN OBATPerencanaan obat dimaksudkan untuk memutuskan obatapa yang akan dipesanagar stock obat di apotek tidakkosong dan meminimalisir terjadinya penolakan hal yang dipertimbangkan dalam perencanaanbarang di apotek Kimia Farma 304 Perak fast moving atau slow moving yang diresepkan dokter penyakit yang obat di Apotek Kimia farma 304 menggunakansistem pareto. Pareto ini sendiri terbagi menjadi 3, yaitu Kelas A Persentase Nilai Penggunaan Kumulatif >80 % Kelas B Persentase Nilai Penggunaan Kumulatif 20– 80 % Kelas C Persentase Nilai Penggunaan Kumulatif <20 %PENGADAAN PEMESANAN OBAT-PENERIMAAN OBATPengadaandiApotekKimiaFarma304dilakukanberdasarkan buku defekta yang buku defektainikemudiandiseleksiuntukselanjutnyadilakukanpemesanan apakah barang tersebut akan dipesan atau tidakdengan dipertimbangkan tingkat kebutuhan.Untuk pengadaan barang yang sifatnya mendesak biasadilakukan dengan cara pembebanan ke Apotek Kimia Farmalainnya. Pemesanan obat golongan narkotika dilakukandengan secara langsung ke PBF Kima Pengadaan Obat Golongan NarkotikaMencatat sediaanobat yang habis /hampir habis di bukuWant to read all 19 pages?Previewing 7 of 19 pagesUpload your study docs or become a to read all 19 pages?Previewing 7 of 19 pagesUpload your study docs or become a of previewWant to read all 19 pages?Upload your study docs or become a member. ZgibtE9.